Diperbarui tanggal 8/Nov/2022

Tuturan Imperatif 

kategori Bahasa dan Sastra Indonesia / tanggal diterbitkan 8 November 2022 / dikunjungi: 1.31rb kali

Pengertian Tuturan Imperatif 

Rahardi ( 2005:79) mengatakan tuturan imperatif mengandung maksud atau meminta agar mitra tutur melakukan sesuatu sebagaimana diinginkan si penutur. Tuturan dalam bahasa Indonesia dapat berkisar antara suruhan yang sangat keras atau kasar sampai dengan permohonan yang sangat halus atau santun. Tuturan imperatif dapat pula berkisar anatara suruhan untuk melakukan sesuatu sampai dengan larangan untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tuturan imperatif dalam bahasa Indonesia itu kompleks dan banyak variasinya.

Alisjahbana ( Rahardi 2005:18 ) mengartikan tuturan imperatif sebagai ucapan yang isinya memerintah, memaksa, menyuruh, mengajak, meminta, agar orang yang diperintah itu melakukan apa yang dimaksudkan di dalam perintah itu. Berdasarkan maknannya, yang dimaksud dengan aktivitas memerintah itu adalah praktik memberitahukan kepada mitra tutur bahwa penutur menghendaki orang yang diajak bertutur itu melakukan apa yang sedang diberitahukanya. 

Fungsi tuturan imperatif 

Fungsi tuturan imperatif berfungsi untuk meminta atau melarang seseorang untuk melaukan sesuatu. Kridaklaksana (2008:91) menjelaskan maksud fungsi imperatif ialah bentuk ujaran atau verba untuk mengungkapkan perintah atau keharusan atau larangan melaksanakan perbuatan. Biasannya tuturan imperatif dilihat dari intonasi pembicaraan. Umumnya diucapkan (lisan) penutur dengan nada atau intonasi yang tinggi, sedangkan dalam bahasa tulis ditandai dengan adanya tanda seru (!) diakhir kalimat. Namun tidak menutup kemungkinan bila tuturan imperatif disampaikan dengan intonasi yang datar tergantung pada kondisi tertentu. 

Secara singkat tuturan imperatif bahasa Indonesia dapat diklafikasikan secara formal menjadi lima macam, yakni tuturan imperatif suruhan, tuturan imperatif ajakan, tuturan imperatif permohonan, tuturan imperatif persilaan, tuturan imperatif larangan. (Rahardi, 2005: 134-140).

Fungsi Imperatif Suruhan 

Secara struktural imperatif yang bermakna suruhan dapat ditandai oleh pemakaian bersama penanda kesantunan, ayo, biar, coba, harap, hendaklah, hendaknya, mohon, silahkan, dan tolong. Sedangkan ciri penanda dari tuturan nonimperatif yang mengandung makna imperatif suruhan dapat diketahui melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya.

Berikut contoh tuturan imperatif susuhan. 

(1) Ayo makan dulu nak!
(2) Pak coba hidupkan lampu itu! 

Pada tuturan (1). seorang ibu menyuruh anaknya segera makan dan tuturan (2). seseorang menyuruh seorang bapak untuk menyalakan lampu yang ada disekitar mereka. Tuturan tersebut merupakan tuturan imperatif suruhan ditandai dengan kata ayo dan coba.

Fungsi Imperatif Ajakan 

Fungsi imperatif ajakan adalah pernyataan penutur agar mitra tutur ikut melakukan sesuatu yang sedang atau dilakukan penutur. Biasanya didahului dengan kata ayo (lah), mari (lah), harap dan hendaklah. Sedangkan ciri penanda dari tuturan nonimperatif yang mengandung makna imperatif ajakan dapat diketahui melalui  konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya. 

Berikut contoh fungsi imperatif ajakan. 

(3) Ayo berangkat sekolah!
(4) Mari semuanya dicicipin hidanganya. 

Pada tuturan (3). seorang mengajak seorang anak untuk segera berangkat ke sekolah dan tuturan (4). seseorang mengajak semua rekan-rekanya untuk menikmati hidangan yang telah disiapkan. Tuturan tersebut merupakan tuturan imperatif ajakan ditandai dengan kata ayo dan mari. 

Fungsi Imperatif Permohonan 

Fungsi imperatif permohonan biasanya, ditandai dengan ungkapan penanda kesantunan mohon. Selain ditandai dengan hadirnya kesantunan itu, partikel –lah juga lazim digunakan untuk memperhalus kadar tuturan imperatif permohonan. Sedangkan ciri penanda dari tuturan nonimperatif yang mengandung makna imperatif permohonan dapat diketahui melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya. 

Berikut contoh fungsi imperatif permohonan. 

(5)  Mohon tidak berisik dalam ruangan. 
(6)  Mohon agar tetap tenang. 
Pada tuturan (5). seorang memohon agar tidak mengeluarkan suara yang keras dan tuturan (6). seseorang menginstruksikan agar semua yang berada disekitarnya tidak melakukan kegaduhan. Tuturan tersebut merupakan tuturan imperatif permohonan ditandai dengan kata mohon. 

Fungsi Imperatif Persilaan 

Fungsi imperatif persilaan lazimnya, digunakan dengan penanda kesantunan silakan. Seringkali digunakan pada bentuk pasif dipersilahkan untuk menyatakan maksud pragmatik imperatif persilaan itu. Bentuk yang kedua lebih cenderung digunakan pada acara-acara formal yang sifatnya protokoler. Sedangkan ciri penanda dari tuturan nonimperatif yang mengandung makna imperatif persilaan dapat diketahui melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya. 

Berikut contoh fungsi imperatif persilaan : 

(7) Saya harap kembalikan buku itu!
(8) Harap semuanya memasuki ruangan yang telah disiapkan! 

Pada tuturan (7) seorang mempersilahkan agar temanya mengembalikan buku yang ia pinjam dan tuturan (8) seseorang mempersilahkan agar semua yang berada disekitarnya memasuki ruangan yang telah di sediakan. Tuturan tersebut merupakan tuturan imperatif persilaan ditandai dengan kata harap. 

Fungsi Imperatif Larangan 

Fungsi imperatif larangan lazimnya ditemukan bahwa maksud imperatif larangan itu diungkapkan dengan bentuk tuturan imperatif . Biasanya tuturan tersebut banyak ditemukan di tempat-tempat wisata, tempat umum, ruang tunggu sebuah hotel dan tempat umum lainnya. Tuturan yang bermaksud imperatif larangan sering jarang ditemukan dengan bentuk nonimperatif. Sedangkan ciri penanda dari tuturan nonimperatif yang mengandung makna imperatif larangan dapat diketahui melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya. 

Berikut contoh fungsi imperatif larangan 

(9)  Jangan kau berkata seperti itu lagi! 
(10)  Jangan buang sampah sembarangan. 
Pada tuturan (9) seorang melarang berkata yang seharusnya tidak patut dikatakan dan tuturan (10) himbauan agar masyarakat tidak membuang sampah sembarangan. Tuturan tersebut merupakan tuturan imperatif larangan ditandai dengan kata jangan. 

Bentuk Tuturan Imperatif 

Bentuk tuturan imperatif memiliki maksud agar mitra tutur memberi tanggapan berupa tindakan atau perbuatan yang diminta. Kridaklaksana (2008: 91) mengatakan bahwa tuturan imperatif adalah tuturan atau verba untuk menyatakan perintah atau keharusan atau larangan melakukan perbuatan. Berdasarkan cara penyampaianya, Wijana ( Banondari, 2015: 15 ) menjelaskan bahwa tindak tutur dapat dibedakan menjadi tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung. 

Tindak tutur langsung 

Tindak tutur langsung adalah tuturan yang dituturkan secara langsung dan mudah dipahami oleh mitra tutur dikarenakan ujuaranya berupa kalimat-kalimat bermakna lugas. Nadar ( 2009: 18) tindak tutur langsung adalah tuturan yang sesuai dengan modus kalimatnya, misal kalimat berita untuk memberitakan, kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak ataupun memohon, kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu. 

Penggunaan tindak tutur langsung tersebut, dapat dilihat pada contoh tuturan berikut: 

(1)  Ambilkan handphone saya! 
(2)  Tolong bersihkan lemari itu. 

Pada contoh (1) (2) tuturan di atas, bermaksud untuk mengatakan sesuatu 
bahwa penutur secara langsung memerintahkan mitra tutur agar melakukan apa yang diinginkan penutur. Tindak tutur lansgung adalah tindak tutur yang mempunyai makna sesuai dengan apa yang diucapkan.

Tindak tutur tidak langsung 

Tindak tutur tidak langsung adalah tuturan yang diutarakan secara tidak langsung biasanya tidak dijawab secara langsung, tetapi harus segera dilaksanakan maksud dan implikasi didalamnya. Mulyana (2005: 82) mengatakan bahwa tindak tutur tidak langsung adalah pengucapan suatu tuturan dengan cara lain. Makanya hanya dapat dipahami bila pasangan bicara memahami konteks situasi pikiran. Maksud yang diinginkan dalam tuturan ini sama sekali tidak eksplisit, tidak tanpak dari kalimat yang diucapkanya. Namun, karena sudah terbiasa mendengar dan tahu konteksnya, pendengar mulai memahaminya. 

Penggunaan tindak tutur tidak langsung tersebut, dapat dilihat pada contoh tuturan berikut: 

(3)  Kamarnya gelap sekali! 
(4)  Duh, panas sekali ya ruangan ini. 

 
Tuturan(3) apabila diucapkan kepada seseorang yang berada di dalam ruangan yang gelap, dimaksudkan untuk menyuruh mitra tuturnya menghidupkan lampu di dalam kamar. Demikian juga pada tuturan (4) apabila diucapkan seseorang yang berada di dalam ruangan yang panas, dimaksudkan untuk menyuruh mitra tutur agar menghidupkan pendingin ruangan. 

Berdasarkan penjelasan di atas tindak tutur tidak langsung adalah tuturan yang berbeda dengan modus kalimatnya, maka maksud dari tindak tutur tidak langsung dapat beragam tergantung pada konteksnya.